Kamis, 06 November 2014

Kenanganku Di Padang (Edisi Nostalgia) - Tahap 1

Uhm...
Sebenarnya sih tidak pas sebulan diriku di kantor ini :-D sebab baru tanggal 15 Oktober 2014 yang lalu aku secara resmi mulai kerja dikantor ini setelah hampir lima tahun bertugas di sebuah kota di Sumatera Barat.

Hari ini entah mengapa, aku ingin menuliskan sepatah dua patah kata di blog ini setelah melihat blog salah seorang rekan kerja. Suka kagum deh dengan orang yang bisa konsisten menulis, aku dulu sih suka tetapi semenjak sibuk kerja (alasannya sih - padahal bisa aja kalau emang niat hahaha), jadi amat sangat jarang sekali menulis.

Aku kembali teringat masa-masa pertama kali ditugaskan di tempat kerja yang lama, pertama kali merantau sendirian ke tempat yang 100% asing. Aku tidak pernah bermimpi ditempatkan disana, bahkan mendengarkan nama kotanya saja jarang. Kota Padang - ku cinta dan ku bela, :-D , nice slogan, isn't it?

Kembali ingat hari itu ketika kami - para anak baru - dikumpulkan di ruang rapat UIP Kitsum II, diberikan wejangan ini itu lalu saat pembacaan lokasi penempatan kerja tiba. Aku tidak ingat bagaimana perasaanku saat itu, apakah deg-degan, atau biasa-biasa saja kah? Tetapi aku ingat yang langsung aku lakukan, bertanya apakah ada gereja disana.

Bukan bermaksud SARA, namun kesan bahwa kota Padang sebagai kota yang sangat kaku dan tidak menerima komunitas tertentu sudah tertanam diotakku. Aku takut kesana, orang tua apa lagi. Aku ingat mereka membuat 'acara' khusus untuk berbicara 6 mata denganku, menasihatiku dan mendoakanku secara khusus. Kekuatiran bahwa di Padang aku akan mendapatkan banyak kesulitan dalam masyarakat sebagai minoritas, dan sebagai anak pendeta, orang tuaku kuatir jika aku tidak dapat beribadah disana. Belum lagi disana belum lama tertimpa bencana gempa dan gempa susulan masih sering terjadi, dan kenyataan bahwa tidak ada keluarga atau orang yang dikenal di kota itu membuat aku dan orang tua ketar-ketir.

Tanggal 25 Februari 2010, aku dan seorang temanku tiba dengan selamat di kota Padang. Aku ingat pertama kali melihat kota Padang dari ketinggian 'Panorama', sekitar 40 menit dari kota Padang. Saat itu kira-kira pukul 05.30 WIB, matahari baru saja terbit, aku terpesona dengan keindahan alam yang ku lihat saat itu. Berkat 'keahlian' driver mobil travel yang kami tumpangi (wuih...kuenceeeeeeng, padahal jalanan menurun dengan cahaya remang-remang dan berkelok-kelok tajam), tak lama kami tiba di kota Padang. Aku juga tak dapat melupakan saat itu, kanan - kiri terlihat bangunan - bangunan yang hancur, jalanan yang retak, suasana yang sunyi sepi bagaikan kota mati. Bahkan ketika sampai ditengah kota, kesan sunyi sepi dan hancur itu masih sangat terasa.

Kami sedikit berputar-putar dalam kota, selain untuk mengantar penumpang yang lain dan juga karena kami tidak tahu lokasi dalam alamat. Driver mobil kami kebetulan bukan orang asli Padang, tetapi ia cukup tahu lokasi di kota Padang. Setelah sibuk menghubungi contact person dari kantor, kami tiba sekitar pukul 09.00 WIB di kantor (yang merangkap mess).
- Setelah beberapa waktu baru kami sadar kalau pool mobil travel yang kami tumpangi itu hanya 15 menit dari kantor :-D , dan aku langganan dengan travel itu setiap kali ingin pulang ke Palembang.

Saat tiba dikantor, kami dalam kondisi lelah dan lapar. Oleh seniorku, kami disuguhkan teh panas. Namun, karena teh itu terlalu panas akhirnya kami memutuskan untuk ke membersihkan diri. Sayangnya niat untuk istirahat harus kami tangguhkan karena senior kami langsung mengajak kami ke lokasi proyek, lokasi kerja kami yang sebenarnya. Nasib anak baru yang belum berani bicara, terpaksalah aku dan temanku ikut dengan hanya bisa saling memandang dan berbisik-bisik lapar. Perjalanan dari kota Padang ke Desa Bungus saat itu memakan waktu 45 menit, kami singgah disebuah rumah makan. Kecele tahap 2, kami pikir akan singgah makan, ternyata hanya singgah mengambil air minum T.T.

Perjalanan dari Bungus ke Lokasi Proyek masih memerlukan waktu 1 jam perjalanan karena jalanan yang masih tanah, tidak seperti jalan aspal mulus dari kota Padang. Untuk sampai di lokasi proyek, kami harus melewati beberapa cobaan saat itu, yang pertama adalah tanjakan dengan kemiringan hampir 40 derajat. Oleh kontraktor, tanjakan itu dinamai 'Tanjakan Menangis', mungkin karena mobil harus meraung keras dan susah payah untuk dapat naik, banyak pula yang gagal sehingga harus dibantu tarik dengan mobil 4wd atau alat berat. Aku ingat saat itu aku menahan nafas karena ketakutan, takut mobil itu tergelincir ke belakang yang sudah jurang menganga.

Setelah lolos dari tanjakan itu, kami harus menghadapi cobaan kedua. Jalan akses menuju lokasi proyek belum selesai saat itu sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati city car dan hanya dapat dilewati menggunakan mobil segala medan. Kami diantar sampai pemberhentian terdekat yang menyusuri pantai lalu jalan kaki menyusuri pantai yang tidak bisa dilalui mobil karena air laut sedang pasang, kemudian kami menumpang mobil kontraktor menuju shelter pekerja. Lapar, mengantuk, bercampur ketika kami tiba di shelter. Sudah tidak ada energi untuk sekedar membalas candaan pekerja-pekerja, hanya bisa tersenyum tanpa selera.

Mungkin sekitar 2 jam kami tinggal disana, manyun, bengong, mengantuk dan kelaparan. Sekitar pukul 15.00 WIB barulah senior kami yang tersayang itu sadar kalau kami belum makan dan dengan polosnya bertanya "Kalian belum makan yah?" sambil tertawa. Kami pun pulang, menumpang salah satu mobil kontraktor yang akan keluar lalu turun di tepi pantai, jalan kaki menyusuri pantai - celana basah kuyup - lalu naik mobil kembali ke Padang.

Begitulah hari pertamaku di Padang, kesanku adalah lapar :-D